Blogger news

Thursday, January 23, 2014

Motif Ukiran Tradisional Jawa

Sudah tahukah anda tentang seni ukir?

Ya, seni ukir adalah cabang dari seni rupa terapan yang mempunyai keindahan khas lengkungan-lengkungannya yang diadaptasi dari bentuk alam sekitar (tumbuhan, hewan, ataupun manusia) dan dikemas ke dalam design-design imajinatif berdimensi dua, yang saling berkesinambungan dari ruas ke ruas. Beberapa diantaranya, seni ukir juga diterapkan ke dalam semi tiga dimensi ataupun tiga dimensi.

Design-design seni ukir diterapkan dengan menggunakan alat pengukir dari besi atau baja yang memeiliki bentuk tertentu sesuai kebutuhan design itu sendiri. Semakin kecil lengkungan design, semakin kecil pula lengkungan alat pengukir yang dipakai. Tak jarang para seniman ukir membuat tingkat kedalaman ukiran yang berbeda dari ruas satu ke ruas yang lain, yang menjadikan alatnya semakin beraneka macam jenisnya.
 

Mayoritas bahan yang digunakan untuk mengukir adalah kayu, tetapi tidak menutup kemungkinan para seniman ukir juga menggunakan bahan plastik, karet, perunggu, perak, timah,batu, dll; mengingat masih kentalnya budaya Indonesia yang turun temurun dari nenek moyang dan semakin modernnya era seni beserta penikmatnya di Nusantara.

Dari beberapa daerah di Indonesia, khususnya di pulau jawa, setiap daerah mempunya corak/motif ukir yang berbeda-beda. Beberapa diantaranya yang terkenal adalah adalah motif ukir Majapahit, Bali, Jepara, Pekalongan, Mataram, dan Surakarta. Berikut keterangan lebih detialnya:

1. Motif Ukir Majapahit



Motif ukir Majapahit terkenal dengan bentuk buah nanas sebagai pusatnya di tengah-tengah ukir-ukiran daun-daunnya.Nanas disini berbentuk bulatan dan cembung. Sementara daun-daunnya berukuran besar, berbentuk seperti tanda tanya melingkar, meliliki renda-renda kecil seperti batik di pinggirnya.
Motif Majapahit bisa dikatakan motif yang paling tua dan rumit untuk pengukirannya.
Motif ini banyak ditemui pada bekas-bekas potongan batu dan kayu sisa peninggalan nenek moyang pada era kerajaan Majapahit. Motif Majapahit diketemukan oleh Ir. H. Maclaine Pont, seorang pejabat pada Museum Trowulan dan juga dapat dilihat pada tiang Pendopo Masjid Demak. Menurut sejarah tiang tersebut merupakan benda peninggalan kerajaan Majapahit yang dibawa oleh R. patah.

2. Motif Ukir Bali


Motif Bali hampir sama dengan Ragam Hias Majapahit dan Pajajaran. Bedanya terletak pada ujung daunnya dihiasi dengan sehelai patran. Jadi daun melingkar besar kecil, bulat cekung, pecahan, ada pula daun yang runcing. Ragam Hias bali oleh orang Bali dinamakan Patre Punggel. Ragam ini dapat dilihat di pura sebagai hiasan pintu masuk. Juga di kota-kota besar yang sudah banyak didapatkan patung-patung Bali Klasik.

3. Motif Ukir Jepara

Motif Jepara lebih menonjolkan tangkainya yang panjang dan daunnya yang lancip. jarang sekali terdapat buah nanas seperti motif Majapahit, yang sering terdapat diantaranya adalah buah-buahan yang masih kecil. Motif Jepara dikembangkan oleh penduduk Jepara, untuk perhiasan rumah tangga. Peninggalan pertama yang masih dapat kita lihat yaitu hiasan ornamen yang ada di Makam Mantingan Jepara.


4. Motif Ukir Pekalongan

Motif Ukir Pekalongan mempunyai ciri khas daun semanggi yang banyak dan melingkar-lingkar, ataupun daun bunga matahari yang sedang kuncup dan mekar. Nilai plus dari motif ini adalah Tingkat kedalaman antar daun satu dengan yang lainnya yang berbeda-beda. Terkadang bagi para pemula yang ingin membuat ukiran motif ini sedikit kesulitan.



5. Motif Ukir Mataram

Motif mataram adalah motif yang dapat dikatakan berasal dari motif pakian wayang kulit. Motif ini menggambarkan pohon yang berdiri tegak menjulang dan lancip, serta diikuti dengan ranting besar melengkung, bahkan ukurannya lebih besar dari pohonnya. Kadang kala simetris, ada juga yang tidak beraturan rantingnya. Banyak juga yang ditambahkan daun-daunnya yang sedang akan berkembang di sisi kiri dan kanan.


6. Motif Ukir Surakarta


Dari gambar motif di samping, sudah dapat disimpulkan kalau tanaman tersebut adalah tanaman anggur. Itu ditandai dengan lengkungan seperti per di sela-sela daunnya. Daunnya yang khas lancip lebar, ada juga yang mengatup, menjadikan semakin indah motif Surakarta ini. Bunganya terlihat dari atas seprti malu pada matahari, sehingga terlihat layaknya menutupi dirinya.